Biografi Taufiq Ismail - Sastrawan Angkatan 66

Taufiq IsmailTaufiq Ismail gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah adalah seorang penyair dan sastrawan senior Indonesia. Dalam periodisasi sastra ia dikelompokkan ke dalam Sastrawan Angkatan 66.

Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 25 Juni 1935 dari pasangan A. Gaffar Ismail (1911-1998) asal Banuhampu, Agam dan Sitti Nur Muhammad Nur (1914-1982) asal Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat. Ayahnya adalah seorang ulama dan pendiri PERMI.

Ia menghabiskan masa SD di Solo, Semarang, dan Yogyakarta, SMP di Bukittinggi, dan SMA di Pekalongan. Taufiq tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan yang suka membaca. Ia telah bercita-cita menjadi sastrawan sejak masih SMA. Dengan pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan dan ahli peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi cita-cita kesusastraannya. Ia tamat FKHP-UI Bogor pada 1963 tetapi gagal punya usaha ternak yang dulu direncanakannya di sebuah pulau di Selat Malaka.

Pendidikan singkat lain yang Taufiq tempuh adalah American Field Service International School, International Writing Program di University of Iowa, dan di Faculty of Languange and Literature, Mesir.

Sajak pertamanya berhasil dimuat di majalah Mimbar Indonesia dan Kisah. Sampai saat ini, Taufiq telah menghasilkan puluhan sajak dan puisi, serta beberapa karya terjemahan. Karya-karya Taufiq pun telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, misalnya Arab, Inggris, Jepang, Jerman, dan Perancis.


Kontroversi

Sebagai penyair, Taufiq telah membacakan puisinya di berbagai tempat, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Dalam setiap peristiwa yang bersejarah di Indonesia Taufiq selalu tampil dengan membacakan puisi-puisinya, seperti jatuhnya Rezim Soeharto, peristiwa Trisakti, dan peristiwa Pengeboman Bali. Ia bahkan sempat menulis puisi ketika kasus video Ariel Peterpan, Luna Maya, dan Cut Tari beredar. Dibidang musik, Taufik juga mahir menciptakan lagu. Ia bersama Bimbo, Chrisye, Ian Antono, dan Ucok Harahap menjalin kerjasama di bidang musik tahun 1974.

Karena menandatangani Manifes Kebudayaan, yang dinyatakan terlarang oleh Presiden Soekarno, ia sempat batal dikirim untuk studi lanjutan ke Universitas Kentucky dan Florida. Hal itu menyebabkan Taufiq dipecat sebagai pegawai negeri pada tahun 1964. Namun bagaimanapun, kenyataan tersebut tidak membuatnya putus asa dan berhenti berkarya.

Tahun 2016 Taufik Ismail menjadi sorotan nasional, utamanya kalangan sastrawan dan tokoh agama, menyusul pernyataannya bahwa lagu Bagimu Negeri ciptaan Kusbini dinilai sesat. Salah satu seniman yang bereaksi cukup keras adalah Anang Hermansyah, politikus dan pencipta lagu yang melihat, lagu ciptaan Kusbini itu bertemakan semangat kemerdekaan dan nasionalisme. Apalagi bila melihat rekam jejak Kusbini, tidak sedikit lagu ciptaannya yang memiliki makna perjuangan yang luar biasa. Reaksi lain juga ditunjukkan oleh beberapa sastrawan antara lain Saut Situmorang, Halim HD, dan Eko Tunas.


Karya
  • Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
  • Tirani dan Benteng
  • Buku Tamu Musim Perjuangan
  • Sajak Ladang Jagung
  • Kenalkan
  • Saya Hewan
  • Puisi-puisi Langit

Pendidikan
  • Sekolah Rakyat (Yogyakarta)
  • SMP (Bukittinggi)
  • SMA (Bogor)
  • Fakultas Kedokteran Hewan IPB (tamat 1963)
  • American Field Service International School guna mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Wisconsin, AS (1956-1957)
  • International Writing Program, University of Iowa, Iowa City, Amerika Serikat (1971-1972 dan 1991-1992)
  • Faculty of Languange and Literature, American University in Cairo, Mesir (1993)

Karir
  • Ketua Senat Mahasiswa FKHP UI (1960-1961)
  • Wakil Ketua Dewan Mahasiswa (1960-1962)
  • Asisten dosen Manajemen Peternakan Fakultas Peternakan, Universitas Indonesia Bogor dan IPB (1961-1964)
  • Guru Ilmu Pengantar Peternakan di Pesantren Darul Fallah, Ciampea (1962)
  • Guru bahasa di SMA Regina Pacis, Bogor (1963-1965)
  • Kolumnis Harian KAMI pada tahun 1966-1970
  • Bersama Mochtar Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arief Budiman mendirikan Yayasan Indonesia mendirikan majalah sastra Horison (1966)
  • Pendiri Dewan Kesenian Jakarta (DKJ)
  • Pendiri Taman Ismail Marzuki (TIM)
  • Pendiri Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) (1968)
  • Sekretaris Pelaksana DKJ
  • Pj. Direktur TIM
  • Rektor LPKJ (1968-1978)
  • Ketua Lembaga Kesenian Alam Minangkabau (1984-1986)
  • Sekretaris PII Cabang Pekalongan
  • Pengurus perpustakaan PII, Pekalongan (1954-1956)
  • Pendiri Badan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya (1985)
  • Tahun 1974-1976 terpilih sebagai anggota Dewan Penyantun Board of Trustees AFS International, New York
  • Manajer Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978-1990)
  • Anggota Badan Pertimbangan Bahasa, Pusat Bahasa dan konsultan Balai Pustaka
  • Aktif sebagai redaktur senior majalah Horison

Penghargaan
  • Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1970)
  • Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977)
  • South East Asia (SEA) Write Award dari Kerajaan Thailand (1994)
  • Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994)
  • Sastrawan Nusantara dari Negeri Johor, Malaysia (1999)
  • Doctor Honoris Causa dari Universitas Negeri Yogyakarta (2003)