Profil Ustadz Fadlan Garamatan - Ulama Asli Papua Yang Mengislamkan Ribuan Warga Papua

Ustadz Fadlan Garamatan
M. Zaaf Fadlan Rabbani Al-Garamatan atau biasa dikenal dengan Ustad Fadzlan Garamatan adalah seorang Warga asli Irian, berkulit gelap, berjenggot dan selalu berpakaian jubah. Berliau juga Pengasuh Pondok Pesantren Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) yang dikenal karena telah mengislamkan sekitar 220 suku di papua dengan berdakwah ke daerah pelosok papua. Beliau juga yang telah mengislamkan sebanyak 3712 warga Papua untuk Bersyahadat.


M. Zaaf Fadlan Rabbani Al-Garamatan lahir pada 17 Mei 1969 di Patipi, Fak-fak.  Anak ketiga dari tujuh bersaudara ini lahir dari keluarga muslim. Ayahnya bernama Machmud Ibnu Abubakar Ibnu Husein Ibnu Suar Al-Garamatan, dan sang ibu, Siti Rukiah binti Ismail Ibnu Muhammad Iribaram. ayahnya adalah seorang guru mengaji di kampungnya yang bekerja sebagai guru SD, juga.

Fadzlan masih keturunan Raja Pattipi, penguasa kerajaan Islam pertama di Irian. Pendidikan dasar sampai SMA ditempuh di Fak-Fak. Tahun 1980 melanjutkan ke Fakultas Ekonomi universitas ternama di Makassar, lulus 1984. Meski orangtuanya guru dan punya penghasilan lumayan dibanding warga sekitarnya, Fadzlan kuliah dengan biaya sendiri. Ia jualan minuman ringan dengan gerobag dorong.

Tak cukup menimba ilmu agama dari sang ayah, saat kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar tahun 80’an, Fadlan Garamatan kemudian aktif di berbagai organisasi keagamaan di Makassar dan Jawa. Misalnya menjadi Sekretaris Bidang Pembinaan Remaja Masjid Raya Makassar, pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan berbagai kegiatan keagamaan di kampus.

Aktivitasnya itu membuat Fadzlan kerap tampil di atas mimbar. Tiap pulang kampung, yang dilakukannya bukan bercengkerama dengan keluarga, tetapi berdakwah. Mula-mula di sekitar Fak-Fak, lalu ke Sorong, Nabire, Jayapura, dan seterusnya.

Setelah lulus, pemilik akun Tweitter @fadlannuuwaar ini memilih untuk menjadi seorang Da’i, penyeru agama Islam dan mengangkat harkat martabat orang Fak-fak, Asmat, dan orang Irian lainnya. Dia tidak setuju kalau orang-orang ini dibiarkan tidak berpendidikan, tel4nj4ng, mandi hanya tiga bulan sekali dengan lemak babi, dan tidur bersama babi. Semua penghinaan itu hanya karena alasan budaya dan pariwisata. ”Itu sama saja dengan pembunuhan hak asasi manusia” katanya.


Menikah

Karena kesibukannya berdakwah, Fadzlan jadi “telat” menikah. Baru kesampaian tahun 1998, dengan menyunting Sri Ratu Fiftin Irjani, Muslimah berdarah Bugis. Allah telah menganugerahinya seorang putra tampan bernama Muhammad Fakar al-Fakih (7 tahun).


Berdakwah di tanah Papua

Cita-citanya memperluas Syiar Islam di tanah Papua, ia wujudkan dengan aktif memilih jalan dakwah. Beliau mendirikan Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara. Melalui lembaga sosial dan pembinaan sumber daya manusia ini, Ustadz Fadlan mengenalkan Islam kepada masyarakat Irian sampai ke pelosok. Dia pun mengembangkan potensi dan sumber daya yang ada, mencarikan kesempatan anak-anak setempat mengenyam pendidikan di luar Irian.

Tempat yang pertama kali dikunjungi untuk berjuang dan berdakwah adalah lembah Waliem, Wamena. Dengan konsep kebersihan sebagian dari iman, Fadlan mengajarkan mandi besar kepada salah satu kepala suku. Ternyata ajaran itu disambut positif oleh sang kepala suku. ”Baginya mandi dengan air, lalu pakai sabun, dan dibilas lagi dengan air sangat nyaman dan wangi,” jelasnya.

Selain itu juga ada beberapa orang yang tertarik dengan ibadah sholat. Sambil mengingat masa itu, dia bercerita, ”Di Irian itu, babi banyak berkeliaran kayak mobil antri. Sehingga untuk mendirikan sholat harus mendirikan panggung dulu. Saat itu orang-orang langsung mengelilingi. Selesai sholat, kami ditanya mengapa mengangkat tangan, mengapa menyium bumi?”.
Jawabnya,”Kami bersedekap bertanda kami menyerahkan diri kepada satu-satunya Pencipta seluruh alam. Mencium bumi karena disinilah kita hidup. Tumbuhan dan hewan, yang mana makanan kita berasal dari mereka juga tumbuh di atas bumi”

Dalam berdakwah, beliau selalu mengajarkan kebersihan, dialog dengan apa yang mereka pahami, pergi ke hutan rimba, dan membuka informasi. Dengan dakwah yang sudah dijalankannya selama 19 tahun ini, banyak orang yang masuk Islam di sana. Tercatat 45% warga asli memeluk agama Islam. Jika ditambah dengan para pendatang, maka pemeluk Islam sebanyak 65% dari seluruh manusia yang ada di pulau burung tersebut.

Di setiap daerah yang dikunjungi, Ust.Fadlan selalu bersikap santun. Shalat di tengah-tengah komunitas `asing’ tak pernah ia tinggalkan. Perlahan-lahan jejaknya diikuti oleh masyarakat setempat. `’Ketika menyaksikan mereka mengucapkan dua kalimat syahadat, saya tidak kuat. Air mata menetes,” ucapnya.


Kisah dakwah Ustadz Fadlan Garamatan di pedalaman

Dikisahkan, Ust Fadlan pernah berdakwah sendirian untuk menuju suatu perkampungan dengan waktu tempuh tercepat 3 bulan berjalan kaki. Dan Subhanallah hal tersebut tidak pernah menyurutkan hatinya untuk terus berdakwah, jika ada aral melintang dia selalu kembalikan kepada Allah SWT, dan dia selalu ingat bagaimana dulu Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam berdakwah dengan jarak ribuan kilo dan di padang tandus.

Dikisahkan pula,pada suatu waktu Ust. Fadlan menceritakan tatkala ia bersama 20 orang berniat ingin mengunjungi daerah yang masyarakatnya masih asing dengan orang luar. Saat bertemu dengan daerah tersebut, mereka langsung berhadapan dengan panah-panah beracun, hingga badan Ustadz Fadlan Garamatan terkena anak panah. Namun kemudian sang kepala suku menolongnya dan mengantar ke Rumah sakit di Makassar. Hingga akhirnya setelah pulang ketua adat tersebut akhirnya mengikrarkan diri masuk Islam.


Sumber: 
  • http://www.republika.co.id/tokoh-perubahan/landingpage/2010.php
  • http://dakwahafkn.wordpress.com/
  • http://www.facebook.com/RKIINSPIRATIF
  • www.hidayatullah.com