Etyk Nurhayati - Kepala Sekolah Termuda di Yogya yang Lulus S-2 "Cum Laude"

Etyk Nurhayati
Etyk Nurhayati adalah Seorang Kepala Sekolah di MTs Negeri Piyungan Bantul. Ia menjadi terkenal karena menjadi Kepala Sekolah Termuda se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang lulus S-2 dengan predikat Cum Laude. Etyk juga menjadi juara pertama guru teladan nasional MTsN yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI.

Etyk lahir di Klaten, Jawa Tengah, 30 September 1980. Sejak lama ia sudah terbiasa dengan dunia pendidikan, hampir sebagian besar keluarganya berprofesi sebagai guru. Sekolah TK yang dimiliki ibunya adalah tempat ia belajar menjadi seorang guru, tak jarang disela-sela ibunya tidak mengajar maka Etyklah yang menggantikan posisinya.

Setelah lulus SMA ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Jurusan Pendidikan Matematika. Semangatnya dalam mengejar ilmu terus berkobar, Iapun melanjutkan pendidikan S-2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Etyk yang sempat mengajar di MTsN Sleman Kota, melanjutkan S-2 di UNY menjadi wisudawan terbaik dengan predikat cum laude.

Selama mengajar, Etyk Nurhayati terus berkarya menghasilkan penelitian. Ia juga telah melahirkan dua buku. Pada tanggal 17 Oktober 2015 ia meraih juara pertama guru teladan tingkat nasional yang digelar Kemenag.


Mengikuti tes langsung diangkat menjadi kepala sekolah

Karena keaktifannya menghasilkan karya penelitian dan prestasinya selama mengajar pada 22 Agustus 2015 bersama 40 guru MTsN se-DIY, Etyk mengikuti assessment yang diselenggarakan oleh Kemenag. Dia dinyatakan lolos bersama tiga guru lainnya.

Pada 9 September 2015, Etyk Nurhayati dilantik secara resmi menjadi kepala sekolah pada usianya ke-35 tahun. Ia menjadi Kepala sekolah termuda dan langsung ditempatkan di MTs Negeri Piyungan Bantul.


Buka les gratis

Selain mengajar di sekolah, Etyk juga membuka les gratis untuk anak-anak di lingkungan rumahnya Jalan Cebongan, Ketingan, Sleman. Ide membuka les gratis ini berawal dari keinginannya membantu anak-anak di kampungnya dalam hal belajar.

Walaupun ia adalah seorang guru Matematika namun iapun tidak menolak bila ada anak yang kesulitan dalam pelajaran lainnya seperti Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia.

Kegiatannya memberikan les untuk sementara terhenti setelah dirinya menjabat sebagai kepala sekolah, di sekolah ia memberikan les tambahan sampai sore.