Biografi Uqba bin Nafi, Sang Penakluk Afrika

Uqba bin Nafi adalah seorang panglima Muslim yang mampu menguasai wilayah luas Afrika Utara pada paruh kedua di abad pertama Hijriyah. Bersama 10.000 pasukannya, Uqba menaklukan Afrika dan mengalahkan musuhnya. Wilayah yang berhasil ia taklukkan meliputi Aljazair, Tunisia, Libya, dan Maroko hingga ke pantai Atlantik, kecuali Mesir yang ditaklukkan Amr bin al-Ash.

Uqba bin Nafi lahir di Makkah, satu tahun sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah. Ia dibesarkan dalam lingkungan Islam. Pendidikan agama Islam banyak ia dapatkan dari sang ayah, Nafi bin Qais al Fahri Quraisy. Dari sang ayah pulalah bakat kemiliteran mengalir deras dalam darahnya.

Kedekatannya dengan penakluk Mesir, Amr bin al-Ash, ia dapatkan dari garis keturunan ibunya. Amr bin al-Ash adalah paman Uqba yang juga mewariskan darah pejuang dalam dirinya. Uqba selalu mengikuti dan menemani ayahnya selama masa kampanye Amr bin al-Ash di Mesir.

Amr bin al-Ash mengirim Uqba untuk menaklukkan wilayah barat setelah Amr bin al-Ash menaklukan Mesir. Pada 50 H, Uqba memimpin pasukan Muslim ke Afrika Utara dengan melintasi padang pasir Mesir. Dalam perjalanannya, ia mendirikan sejumlah pos militer, salah satunya di wilayah yang kini dikenal sebagai Tunisia.

Pada 871 M, di Tunisia pula ia membangun sebuah kota bernama Kairouan yang terletak di 160 kilometer arah selatan sebuah daerah yang kini dikenal sebagai Tunis, ibu kota Tunisia. Uqba menggunakan Kairouan sebagai pos utama untuk operasi-operasi selanjutnya.

Pos-pos militer yang didirikan Uqba ini membentang sepanjang ratusan mil tanpa ada konfrontrasi (perlawanan) yang berarti dari masyarakat setempat. Setelah melintasi wilayah Tunisia, Libya, Aljazair, dan Maroko, ia pun berhasil mencapai pesisir Samudra Atlantik dengan penuh kemenangan.

Pada 55 H, Uqba diberhentikan oleh Amir Muawiyah. Dengan lapang dada, Uqba menerima pemberhentiannya dan menyerahkan komando pasukan kepada Abu Mahajer Dinar. Namun, pada 62 H, Uqba lagi-lagi ditunjuk sebagai komandan pasukan untuk wilayah Maghribi, yang kini meliputi sejumlah negara di Afrika Utara, yakni Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya.

Menurut sebuah legenda, salah satu tentara Uqba pernah menemukan emas terkubur dalam pasir di wilayah ini. Emas tersebut dipercaya sebagai sebuah benda berharga yang pernah hilang di Makkah. Ketika tanah berpasir itu digali, terpancarlah air yang diyakini berasal dari sumber yang sama dengan mata air zamzam.

Uqba bersama pasukannya juga melakukan perjalanan ke arah barat hingga mencapai Tahert. Tahert adalah daerah pertahanan tentara Romawi yang kala itu sedang bersiap siaga mengadang pasukan Uqba. Padahal, Uqba hanya membawa pasukan dalam jumlah kecil dan jauh dari pangkalan logistik.

Namun, pidato inspiratif Uqba sesaat sebelum perang berhasil membakar semangat pasukan berjumlah kecil itu. Setelah berjuang mati-matian, mereka pun akhirnya mampu mengalahkan musuh. Uqba pun memacu kudanya menuju Samudra Atlantik.


Warisan Uqba bin Nafi

Di Tunisia Uqba bin Nafi  membangun sebuah kota bernama Kairouan, selain menggunakan Kairouan sebagai pos utama untuk operasi-operasi selanjutnya, Iapun membangun sebuah masjid agung yang di kemudian hari menjadi pusat aktivitas intelektual para cendekiawan di Benua Afrika.

Masjid ini dinamakan Masjid Uqba. Namun, masjid itu kini lebih dikenal sebagai Masjid Agung Kairouan yang tercatat sebagai salah satu masjid terpenting di Tunisia. Masjid ini pun tercatat sebagai salah satu yang tertua di bumi sehingga UNESCO memasukkannya sebagai salah satu warisan dunia.
Masjid Agung Kairouan teletak di timur laut Kairouan, masjid ini masuk dalam wilayah Houmat a-Jami. Dulu, Uqba sendiri yang memilih lokasi untuk pembangunan masjid ini, yakni tepat di jantung kota. Berdiri di atas lahan seluas 9.000 meter persegi, Masjid Kairouan didaulat sebagai masjid terbesar di Afrika Utara.

Masjid Agung Kairouan (bahasa Arab: جامع القيروان الأكبر) adalah masjid yang berada di kota Kairouan Tunisia. Masjid ini dibangun oleh Uqbah bin Nafi` pada tahun 50-55 Hijriyah atau 670-675 Masehi pada masa pemerintahan Kekhalifahan Umayyah. Masjid Agung Kairouan adalah salah satu monumen Islam yang terbesar di Afrika Utara yang kemudian menjadi model bagi semua masjid di Maghreb yang dibangun setelahnya.

Di bawah Dinasti Aghlabiyyah (abad 9), ketenaran Masjid Uqba dan tempat-tempat suci lainnya di Kairouan membantu kota untuk mengembangkan dan terisi kembali semakin. Sekolah yang terdiri dari ulama yang mengajar di masjid, merupakan pusat pendidikan baik dalam pemikiran Islam dan ilmu-ilmu sekuler.


Sejarah Masjid

Masjid agung ini merupakan masjid pertama yang dibangun di kota Kairouan, dibangun tahun 670M tak lama setelah kedatangan muslim Arab ke Afrika utara pada tahun 50 Hijriah.

Ketika menaklukkan Tunisia pada tahun 670 M, Panglima Uqba Bin Nafis memilih sendiri lokasi untuk pembangunan masjid ini, tepat di tengah kota yang belau dirikan. Sengaja dibangun berdekatan dengan kantor pusat pemerintahan. 20 tahun setelah dibangun, tepatnya pada tahun 690M masjid ini hancur lebur oleh serbuan pasukan suku Berber yang mencaplok kota Kairouan di bawah pimpinan Kusaila.

Tahun 703M, Hasan bin Al-Nu’man yang kemudian membangun kembali masjid ini dari kehancuran. Ia membangun menara di pojok-pojok pagarnya, sehingga mirip seperti benteng pertahanan. Dengan terus membengkaknya penduduk kota Kairouan dan berkonsekwensi dengan membengkaknya pula jemaah masjid, Khalifah dinasti Umayyah Hisyam Ibnu Malik meminta Gubernur Bishr ibnu Safwan melaksanakan perluasan kota termasuk perluasan Masjid agung Kairouan pada tahun 724-728M.

Tahun 774 rekonstruksi baru disertai dengan modifikasi dan penambahan pernak pernik hiasan dilakukan dibawah arahan dari Gubernur dinasti Abasiah Yazid Ibu Hatim. Era kekuasaan Aghlabiyyah, Kairouan mencapai puncak kegemilangannya dengan masjid agung nya yang merupakan salah satu warisan ke emasan periode kekuasaan ini, dengan stabilitas dan kejayaan nya. Keseluruhan luas masjid yang kini ada adalah warisan dari dinasti ini.


Arsitektur

Masjid agung Kairouan seluas 9000 meter persegi dengan tembok dinding yang begitu besar dengan sembilan gerbang utama. Non muslim diperkanankan berkunjung ke masjid ini melalui gerbang di jalan rue Oqba ibn Nafaa dan diminta untuk menggunakan busana muslim. Di pintu masuk tersebut pengurus masjid sudah menyediakan jubah dan pakaian yang layak bagi pengunjung non muslim untuk dapat digunakan sebelum masuk ke area masjid.

Halaman tengah masjid ini dibuat dari bongkahan batu batu besar segi empat dilengkapi dengan sistem drainase yang sangat baik. Beberapa bagian halaman ini dilengkapi dengan cekungan untuk menampung debu agar tidak turut masuk ke dalam sistem drainase. Dari halaman tengah ini kita dapat menikmati keindahan setiap lengkungan yang menghias masjid ini yang terdiri dari sekitar 400 pilar tua. Pilar pilar tersebut konon di ambil dari gedung gedung bekas bangunan gereja gereja Romawi, Bizantium dan bangunan Latin disekitar lokasi.

Pintu utama masjid ini merupakan pintu kayu berukir buatan tahun 1829M. Pengunjung non muslim tidak diperkenankan untuk masuk ke ruang sholat namun diperkenankan untuk sekedar melihat dari luar.


Menara

Di ujung utara halaman tengah berdiri bangunan menara masjid setinggi 31,5 meter dengan alas persegi 10,7 meter pada empat sisinya. Menara ini dianggap sebagai menara tertua dalam dunia Islam dan sebagai bangunan dunia tertua yang masih berdiri. Menara masjid terdiri dari tiga lantai. Di lantai paling bawah yang dibangun tahun 728 masih terdapat inskripsi latin di balok batu besar zaman Rowami. Balok tersebut salah satu material yang dipakai dari bangunan bekas sekitar lokasi.Karena usia dan arsitekturnya yang khas Menara Masjid Agung Kairouan ini menjadi contoh menara di dunia Islam Barat. Dengan tampilan yang sangat kokoh dan dekorasi yang indah Menara dan Masjid Agung Kairouan tampil sebagai struktur yang harmoni dan menakjubkan.


Interior

Ruang utama masjid ini terdiri dari 17 lorong ditopang oleh 414 tiang penyanggah dari batu pualam dari Carthage dan Sousse. Ruang dalam masjid alas dengan permadani diseluruh permukaan lantainya.

Mihrab masjid berada di lorong tengah ruangan, mihrab yang berasal dari abad ke 9 masehi ini berada di sisi selatan masjid dan tentu saja menghadap ke Ka’bah di Mekah Al-Mukarromah. Mimbar ini merupakan mimbar dari kayu penuh dengan ukiran cantik dan keseluruhan ukiran kayu tersebut didatangkan dari Bagdad (Irak). Disekitar masjid ini juga terdapat beberapa makam dari para tokoh dan ulama Kairouan.


Sumber: